Terbaru

Senin, Februari 09, 2009

(0) Comments

Menikmati Kemajemukan, Menghargai Perbedaan dan Menghayati Bhineka Tunggal Ika

Oleh : Indra Munawar

INDRA - Kemajemukan adalah sebuah fenomena yang mustahil dihindari dalam suatu negara. Diantaranya adat istiadat, agama, suku, ras dan banyak lagi. Manusia menghadapi kenyataan adanya berbagai perbedaan dengan umatnya masing-masing.

Dalam suasana yang majemuk ini, ditambah klaim kemaslahatan dan watak yang menganggap dirinya terbaik diantara lainnya, masing-masing umat manusia menjadikan sebagai suatu kelompok masyarakat yang rentan dengan konflik. Konflik yang cendrung di sakralkan karena mengatasnamakan agama, suku, ras, adat dan yang klainnya (kebenaran yang eksklusif)

Sejalan dengan itu, pasca reformasi di negara kita adalah masa yang di tandai oleh semakin terbukanya pintu demokrasi di negeri ini, semakin majemuknya wacana sosial, kultural, dan keagamaan. Antara lain berkat globalisasi informasi dan transfortasi, kemajemukan menjadi suatu kenyataan yang tak bisa di hindari.

Jika kita artikan kemajemukan dengan pluralisme, maka dalam kenyataan ini, adalah suatu hal yang tidak mungkin untuk tidak mengambil sikap anti pluralisme atau anti kemajemukan. ebih dari itu, persfektif pasca reformasi di negeri ini menghendaki sikap demokratis yang benar-benar terbuka, toleran dan saling memahami menjadi relevan untuk dikembangkan di negeri ini.

Masyarakat Indonesia hendaknya meresapi arti semboyan yang sering di elu-elukan yaitu Bhineka Tunggal Ika. Arti Bhinneka Tunggal Ika adalah berbeda-beda tetapi satu jua yang berasal dari buku atau kitab sutasoma karangan Mpu Tantular / Empu Tantular. Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata uang, bahasa dan lain-lain yang sama.

Kata-kata Bhinneka Tunggal Ika juga terdapat pada lambang negara Republik Indonesia yaitu Burung Garuda Pancasila. Di kaki Burung Garuda Pancasila mencengkram sebuah pita yang bertuliskan Bhinneka Tunggal Ika. Kata-kata tersebut dapat pula diartikan : Berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Menghidupi dan menjalani kehidupan dalam sebuah negara seperti Indonesia, kita tak bisa berbuat lain kecuali menghidupi dan bahkan menikmati sebuah kemajemukan. Sejak awal para pendiri bangsa ini menyadari benar realitas seperti itu. Itulah sebabnya mengapa Pancasila dijadikan dasar negara dan bineka tunggal ika menjadi sebuah semboyan yang acap dirujuk tatkala kita menjelaskan tentang keberagaman bangsa ini.

Wajah Indonesia memang wajah yang menampilkan kemajemukan dalam arti yang sesungguhnya. Wilayah-wilayah di Tanah Air ini tak bisa lagi mengklaim diri sebagai wilayah yang hanya dihuni oleh satu kelompok saja, arena mobilitas penduduk telah membuyarkan semua konsentrasi-konsentrasi kewilayahan atau komunitas berdasarkan tnik, budaya dan agama. Di Bali misalnya yang amat kental dengan tradisi Hindu, tetap bisa hadir dan eksis agama-agama yang lain; di Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, Papua, Toraja yang biasanya dikatakan sebagai "kantong-kantong Kristen" hadir agama-agama lain.

Demikian juga di Sulawesi Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat yang dikenal sebagai daerah dengan potensi Islam yang kuat, agama-agama non Islam juga tetap hadir dan tumbuh di wilayah itu. Para penganut berbagai agama itu bukan saja sekadar hadir dan tumbuh di wilayah itu. Para penganut berbagai agama itu bukan saja sekadar hadir, tetapi juga mampu mengembangkan relasi harmonis di antara mereka. Ke Indonesian, kebangsaan yang dibingkai oleh dasar negara Pancasila telah memungkinkan umat dari berbagai agama hidup berdampingan dengan damai, saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kesadaran tentang kemajemukan, sebab itu, harus terus-menerus menjadi bagian integral dari degup kehidupan kita sebagai bangsa.

Program pembangunan bertujuan menghadirkan masyarakat industri modern yang adil, makmur, dan lestari berdasarkan Pancasila. Usaha yang besar itu memerlukan waktu puluhan tahun, tatkala ilmu dan teknologi akan makin mempengaruhi kehidupan manusia. Masyarakat industri modern yang dicita-citakan itu dihadapkan pada bermacam-macam bahaya sebagai akibat masih adanya jurang yang lebar antara yang kaya dan yang miskin, adanya ketidakadilan, kurangnya partisipasi rakyat, kesenjangan antara pusat dan daerah, serta langkanya kesempatan kerja.

Bahaya seperti itu akan mengakibatkan antara lain:

kegagalan total pembangunan, negara menjadi negara industri modern tetapi militeristis dan totaliter yang menghancurkan peradaban manusia, ketidakstabilan politik dan terhentinya kehidupan ekonomi' kehancuran lingkungan hidup sebagai akibat eksploitasi yang tidak bertanggung jawab terhadap sumber-sumber daya alam dan polusi.Rata Penuh
Bangsa Indonesia berjuang untuk mencegah bahaya itu dengan mengamalkan semua sila Pancasila secara konsisten, serasi dan sebagai kesatuan yang utuh, sehingga masyarakat industri modern yang adil, makmur dan lestari tetap terwujud tanpa menafikan Pancasila dan atau mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain.

Oleh karena itu saya mengharapkan setiap masyarakat manusia adalah menerima kemajemukan itu sebagaimana adanya, kemudian menumbuhkan sikap bersama yang sehat dalam rangka kemajemukan itu sendiri.
0 Komentar Pembaca (reader comment) to "Menikmati Kemajemukan, Menghargai Perbedaan dan Menghayati Bhineka Tunggal Ika"

Posting Komentar

Jumlah Pengunjung Berbagai Negara

Indra's Blog Visitor
Profil Facebook Stif Blass

Sponsored Links